Biodata Merry Riana

Nama lahir : Merry Riana

Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 29 Mei 1980

Orang tua : Ir. Suanto Sosrosaputro (Ayah), Lynda Sanian (Ibu)

Suami : Alva Christopher Tjenderasa

Anak : Alvernia Mary Liu, Alvian Mark Liu

Pekerjaan : Motivator, Penulis, Pengusaha, Aktris

Agama : Katolik

Almamater : Nanyang Technological University, Singapura

Merry Riana memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) Don Bosco Pulomas, tamat dari sana ia kemudian masuk di SMP Santa Ursula dan juga SMA ia lanjutkan di sekolah yang sama yaitu SMA Santa Ursula yang merupakan sekolah katolik khusus perempuan yang berada di Jakarta Pusat. Setelah lulus dari SMA, Merry Riana ingin melanjutkan kuliahnya di Universitas Trisakti. Namun, cita-cita untuk kuliah di Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti buyar karena kerusuhan besar di tahun 1998. Hal inilah yang kemudian akan merubah takdirnya. Karena kondisi yang tidak aman akibat kerusahan tersebut, Merry Riana kemudian memilih kuliah di Singapura untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Ayah Merry yaitu Suanto Sosrosaputro memutuskan untuk mengirim anaknya belajar di luar negeri. Dan Singapura kala itu merupakan sebuah pilihan yang paling masuk akal karena jaraknya yang relatif dekat, lingkungan yang aman dan sistem pendidikannya yang bagus. Mulai Kuliah di Nanyang Technological University (NTU) Singapura Merry mulai belajar di bangku kuliah di jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE) di Nanyang Technological University (NTU) pada tahun 1998. Merry mengaku jurusan ini menjadi jurusan paling masuk akal baginya saat itu. Merry bercita-cita menjadi seorang insinyur. Cita-citanya tersebut mungkin karena ingin membantu sang ayah dalam menjalankan bisnis. Tanpa persiapan yang memadai untuk kuliah di luar negeri, Merry sempat gagal dalam tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University. Tanpa persiapan bekal dana yang memadai pula, Merry meminjam dana dari Pemerintah Singapura. Ia meminjam dana beasiswa dari Bank Pemerintah Singapura sebesar $40.000 dan harus dilunasi setelah ia lulus kuliah dan bekerja.
Dana tersebut sangatlah minim, karena setelah dihitung-hitung ia hanya mangantungi $10 selama seminggu.Untuk berhemat, Merry menyiasatinya dengan hanya makan mie instant di pagi hari,makan siang dengan 2 lembar roti tanpa selai, ikut seminar dan perkumpulan di malam hari demi makan gratis, bahkan untuk minumpun ia mengambil dari air keran/tap water di kampusnya. Hal itu berangsur hampir setiap hari di tahun pertamanya kuliah. Kehidupan yang sangat memprihatinkan tersebut mendorongnya untuk mencari penghasilan diluar. Dari mulai membagikan pamflet/brosur di jalan,menjadi penjaga toko bunga,dan menjadi pelayan Banquet di hotel.
Ketika menyadari hidupnya tak berubah meski sudah memasuki tahun kedua kuliah, Merry mulai membangun mimpi Karena tak punya latar belakang pendidikan dan pengalaman bisnis, Merry mengumpulkan informasi dengan mengikuti berbagai seminar dan melibatkan diri dalam organisasi kemahasiswaan yang berhubungan dengan dunia bisnis.

Jatuh Bangun Dalam Berbisnis

Tanpa pengalaman dan pengetahuan bisnis yang memadai, Merry terjun ke dalam dunia bisnis. Itu ia lakukan karena ia mengetahui bahwa memiliki pekerjaan biasa tidak cukup untuk memenuhi impiannya untuk sukses di usia 30 tahun. Ia mencoba berbagai peluang bisnis. Diapun mencoba peruntungan dengan bisnis pembuatan skripsi,bisnis MLM,mencoba bermain saham,yg semuanya berakhir dengan kegagalan. Merry juga mencoba praktik dengan terjun ke multi level marketing meski akhirnya rugi 200 dollar. Merry bahkan pernah kehilangan 10.000 dollar ketika memutar uangnya di bisnis saham.
Mentalnya sempat jatuh meski dalam kondisi tersebut masih bisa menyelesaikan kuliah Sayang, Merry kehilangan semua investasinya dan terpuruk. Meski begitu, Merry kembali bangkit dan berusaha keras untuk menjadi entrepreneur. Merry mulai berusaha dari awal dengan belajar secara sungguh-sungguh tentang seluk beluk pasar. Setelah merasa siap, ia pun memutuskan untuk menekuni industri perencanaan keuangan. Merry berpikir itulah hal yang akan membuatnya mampu mewujudkan impiannya dalam waktu yang relatif singkat. Tamat kuliah, barulah Merry mempersiapkan diri dengan matang. Bersama Alva Tjenderasa yang merupakan temannya ketika kuliah dulu dan kini menjadi suaminya, Berdua mereka mulai menjalankan usaha bersama, Belajar dari pengalaman para pengusaha sukses. Merry Riana kemudian memulai dari sektor penjualan di bidang jasa keuangan. Saat Merry memulai karier sebagai seorang penasihat keuangan, ia harus bergulat dengan sejumlah tantangan dan hambatan. Orang tuanya, dosen serta teman-temannya kurang setuju dengan keputusan Merry tersebut. Merry saat itu belum memiliki kemampuan berbahasa Mandarin padahal lebih dari separuh penduduk Singapura ialah etnis China.
Sebagai seorang pendatang asing di sana, pengalaman dan relasi Merry sangat terbatas. Namun, satu alasan yang membuat Merry pantang menyerah ialah usianya yang masih muda dan masih lajang sehingga ia merasa lebih bebas dan lebih berani mengambil risiko. Tanpa merasa terlalu terbebani dengan kemungkinan gagal atau keharusan untuk berhasil, Merry lebih memilih untuk memfokuskan diri pada pengalaman dan pelajaran yang ia bisa dapatkan selama fase-fase awal kariernya. Tapi Merry sudah membulatkan tekad. Ia bekerja 14 JAM DALAM SEHARI, berdiri di dekat stasiun MRT & halte bus untuk menawarkan asuransi, bahkan ia bekerja sampe tengah malam dan baru pulang jam 2 dini hari, belum lagi pendapatan yang tidak pasti membuatnya terpaksa kembali berhemat untuk mengatur kebutuhan sehari-hari.


Sukses Sebagai Konsultan Keuangan

Sampai akhirnya ia sukses sebagai Financial Consultant yang menjual produk-produk keuangan dan perbankan seperti asuransi,kartu kredit.deposito,tabungan,dll. Dalam enam bulan pertama karirnya di Prudential, Merry berhasil melunasi utangnya sebesar 40 ribu dolar Singapura. Tepat satu tahun pertamanya ia berhasil mendapatkan penghasilan sebesar 200 Ribu Dollar Singapura atau sektar 1,5 Milyar Rupiah. Merry Riana kemudian dianugrahi Penghargaan Penasihat Baru Teratas yang diidam-idamkan banyak orang yang menekuni profesi penasihat keuangan pada tahun 2003. Kemudian di tahun 2004, prestasi Merry yang cemerlang membuatnya dipromosikan sebagai manajer. Merry lalu memulai bisnisnya sendiri setelah diangkat menjadi manajer dengan menyewa kantor dan memiliki karyawan sendiri kemudian ia mendirikan MRO (Merry Riana Organization) sebuah perusahaan jasa keuangan selain itu ia juga mendirikan MRO Consultancy yang bergerak di bidang pelatihan, motvasi serta percetakan buku yang berbasis di Singapura. Bersama timnya di MRO, Merry memiliki program pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda. Anggota timnya di lembaga ini bahkan tergolong muda, berusia 20-30 tahun. ”Saya ingin menampung orang muda yang punya ambisi dan semangat seperti saya,” katanya.
Keinginannya untuk berbagi ini tak hanya dilakukan di Singapura. Pada ulang tahunnya ke-30, Merry membuat resolusi baru, yaitu memberi dampak positif pada satu juta orang di Asia, terutama di tanah kelahirannya, Indonesia. Tahun 2005, Merry menerima penghargaan sebagai penghargaan Top Agency of the Year dan penghargaan Top Rookie Agency. Hingga kini Merry telah memotivasi dan melatih ribuan profesional dan eksekutif dalam bidang penjualan, motivasi dan pemasaran. Dalam perusahaannya, Merry menaungi 40 penasihat keuangan, yang uniknya memiliki usia yang masih belia (antara 21- 30 tahun). Media-mediapun berbondong-bondong memberitakan kisah suksesnya dan dengan segera Merry Riana dikenal sebagai seorang entrepreneur wanita yang sukses dan menjadi Motivator untuk membagikan ilmu dan kiat-kiat suksesnya agar setiap orang menjadi pribadi-pribadi yang sukses.

Kini,Merry Riana mempunyai mimpi untuk memberikan dampak positif bagi 1 juta orang di Asia,terutama di Indonesia. Salah satunya dengan meluncurkan buku "Mimpi Sejuta Dolar" yang sangat inspiratif dan akan diangkat ke layar lebar. Merry menyatakan bahwa motivasinya tidak hanya berasal dari keinginan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik pada kedua orangtuanya tetapi juga dari ambisinya untuk membantu generasi muda lainnya untuk melakukan hal serupa. Ia berharap para pemuda mampu memberikan kehidupan yang lebih baik, tak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga orang tua mereka dan anggota keluarga mereka yang lain. Buku " Mimpi Sejuta Dolar " sendiri sudah menjadi National Bestseller hanya dalam waktu 1 bulan setelah peluncurannya. Buku ini menarik perhatian publik Singapura dan Asia Tenggara karena menuliskan tentang prestasi Merry Riana menghasilkan S$ 1.000.000 pada usia 26 tahun yang Awalnya, Merry Riana adalah mahasiswi Nanyang Technological University yang berhutang sebanyak S$ 40.000.

Profil kesuksesan Merry Riana mulai dikenal setelah muncul di artikel The Strait Times pada tanggal 26 Januari 2007 yang berjudul "She's made her first million at just age 26" ("Ia mencapai satu juta dolar pertamanya di usia 26 tahun"). Merry Riana aktif sebagai pembicara di berbagai seminar, perusahaan, sekolah dan media massa di Singapura dan beberapa negara di Asia Tenggara. Ia dikenal giat dalam memanfaatkan jejaring sosial Twitter melalui akun twitternya di 
@MerryRiana

Cara Membuat Bakwan Jangung Ala Monica



Bahan dan Bumbu Bakwan Jagung

  • Jagung Manis 6 buah
  • Tepung terigu protein 4 sdm .
  • Bawang merah besar 1 siung, haluskan
  • Kemiri 1 butir, haluskan
  • Bawang putih 4 siung, haluskan
  • Ketumbar ¼ sdt, haluskan
  • Cabe merah 4 buah, haluskan
  • Telur ayam 1 butir
  • Udang segar 100 gr, kupas kulitnya, potong kecil
  • Daun bawang 1 batang, iris tipis
  • Seledri secukupnya, iris tipis (opsional)
  • Garam secukupnya
  • Minyak goreng secukupnya

Cara Membuat Bakwan Jagung Manis Enak Gurih

  1. Kupas kulit jagung, bersihkan dari bulu-bulu yang menempel pada biji jagung, lalu pipil atau iris butir jagung dengan menggunakan pisau, lalu ulek kasar.
  2. Tambahkan ke dalam ulekan jagung bawang putih dan bawang merah halus, ketumbar, halus, daun seledri halus (jika suka) kemiri halus serta daging udang halsu. Aduk dan tumbuk hingga tercampur rata.
  3. Kemudian tambahkan kembali dengan terigu, aduk kembali sampai tercampur merata. Lalu taburkan garam untuk penyedap rasa dan aduk kembali agar tercampur rata.
  4. Setelah itu, masukkan telur ke dalam adonan, aduk hingga semua terlapisi telur.
  5. Terakhir, goreng adonan bakwa dengan bentuk bulat melebar atau sesuai selera dalam genangan minyak panas hingga kuning keemasan dan matang. Angkat, tiriskan dan sajikan.


Marxisme: Eksistensi dan Hakikat Manusia

Biografi  Karl Marx (1818-1883)
Marxisme: Eksistensi dan Hakikat Manusia Biografi  Karl Marx (1818-1883) Karl Marx dilahirkan di Treves, kota kecil di wilayah Rhineland, Jerman. Ia adalah keturunan rahib Yahudi dari pihak ayah dan ibunya, namum  kemudian ayahnya yang merupakan pengacara terkenal pindah ke agama Protestan.[1] Marx menerima pendidikan di Universitas Bonn, Berlin, dan Jena, secara serius Marx mengkaji mengenai sejarah, ilmu hukum, dan filsafat. Tahun 1836 Marx belajar ilmu hukum di Bonn, lepas satu semester pindah ke Berlin untuk belajar filsafat disinilah Marx mendalami filsafat Hegel dan kemudian digunakannya untuk melakukan kritik terhadap sistem politik di wilayah Jerman. Tahun 1814 di kota Jena Marx memperoleh gelar Doctor dalam bidang filsafat.[2] Marx berusaha untuk menjadi staf pengajar di universitas, namun upaya Marx gagal hal inilah yang mengantarkan Marx beralih pada jurnalisme, posisinya sebagai staf Rheinische Zeitung, surat kabar demokratis –liberal yang terbit di Cologne. Tahun 1843 Marx menikah dengan Jenni Von Westphalen, mereka dikaruniai enam orang anak dan tiga diantaranya meninggal pada usia dini. Marx setelah menikah pergi ke Paris sehingga ia dapat berhubungan dengan banyak pemikir sosialis Prancis. Selama tinggal di Paris, Marx bertemu dengan Friederich Engels, yang merupakan putra pengusaha tekstil Jerman yang kaya, pada masa selanjutnya Engels ini merupakan teman akrab Marx dan ia banyak membantu Marx dalam hidupnya, pada saat itu Engels mengelola pabrik di kota Manchester, melalui Engels inilah Marx menjadi tahu mengenai kondisi buruh dan ekonomi Inggris.[3] Tidak lama Marx tinggal di Prancis Marx di usir karena ia menulis di salah satu surat kabar Paris menyerukan revolusi Jerman, akhirnya Marx pergi ke Brussel dan membentuk liga komunis yang merupakan organisasi yang berusaha menyatukan orang-orang yang membentuk mazhab baru sosialisme. Tahun 1848 terjadi revolusi di Jerman, Marx kembali ke tanah airnya Rhineland untuk ikut serta dalam gerakan tersebut, namun pada akhirnya gerakan revolusi Jerman  gagal dan  Marx terbang ke London untuk menghabiskan masa hidupnya.  Pada tahun 1864 Asosiasi Pekerja Internasional di dirikan di London , dengan tujuan adalah menjadi lembaga yang mewakili proletariat dari semua negara, dengan cepat Marx menjadi kekuatan dominan  dalam organisasi baru tersebut.[4] Marx sangat anti agama, sehingga filsafatnya didasarkan atas metafisika materialistik. Marx berpendapat agama adalah hasil proyeksi keinginan manusia, Marx berfikir keinginan yang timbul ditengah-tengah manusia tertentu didapatkan didalam hubungan kemasyarakatan. Perasaan-perasaan dan gagasan-gagasan keagamaan adalah hasil suatu bentuk masyarakat tertentu. Jika membicarakan manuisa tidak boleh membicarakannya sebagai tokoh yang abstrak, yang berada di luar dunia ini. Manusia berarti manusia, yaitu negara, masyarakat. Negara, Masyarakat inilah yang kemudian menghasilkan agama.[5] Dalam hidupnya Marx mengetengahkan prinsip bagaimana hidup, dan membangun masyarakat dan negara, sehingga Ia harus  mengalami pembuangan diluar negeri dengan demikian Ia menjalani hidup yang terlunta-lunta diberbagai negara Eropa yaitu Jerman, Belgia, Prancis, dan Inggris, hingga akhirnya Marx meninggal di Inggris pada tahun 1883.

Filsafat Karl Mark

Telah dijelaskan diatas mengenai perjalanan hidup Kalr  Marx, selanjutnya dibagian ini akan dijelaskan mengenai filsafat[6] Kalr Mark dan karya-karyanya. Filsafatnya sangat dipengaruhi oleh filsafat dialektika Hegel[7], tetapi dia menolak konsep idealisme Hegel beserta konsep kebenaran absolut. Marx kemudian menggantinya dengan dialektika materialisme[8] yang bersifat ateistis. Perbedaan antara dialektika Hegel dengan dialektika materialisme milik Marx terletak pada alur proses. Dialektika Hegel menyatakan bahwa sejarah proses terbentuknya idea atau konsep, atau pemahaman manusia kemudian dapat mendorong perubahan sosial politik. Sebaliknya, dialektika materialisme Marx justru menganggap bahwa proses transformasi ekonomilah yang mendorong cara pikir manusia untuk menimbulkan idea atau konsep baru. Dia memandang bahwa pikiran manusia sebagai institusi yang aktif dapat beradaptasi dalam menanggapi kondisi lingkungan. Marx kemudian menggunakan konsep dialektika materialisme dan menjelaskan tiga sisi konflik antar kelas ekonomi . Sisi pertama (para tuan tanah) melawan sisi kedua (kelas menengah) menghasilkan sisi ketiga (kelas ekonomi baru), yaitu buruh industri para kapitalis. Visi Marx selanjutnya adalah tesis yang berupa kapitalisme melawan antitesis berupa kaum pekerja atau proletar yang akan menghasilkan sintesis sosialisme.[9] Menurut Marx, sejarah manusia bisa dilihat sebagai rangkaian perjuangan kelas. Konflik kelas paling signifikan pada abad pertengahan adalah konflik antara kelas pedagang dan kelas aristrokrasi feodal kuno. Pemecahan masalah ini adalah melalui sistem sosial yang baru, yaitu kapitalisme. Namun, kapitalimse ternyata juga dikendalikan oleh kelas tertentu. Marx meyakini bahwa mesin sejarah modern di bawah kapitalisme adalah perjuangan politik antar para borjuis dan para proletar.[10] Pemahaman mengenai filsafat Karl Mark bisa dilihat pada karya-karya tulisannya seperti The Economics  and Philosophical Manuscripts, ditulis Marx tahun 1844, ketika Marx berusia 26 tahun. Dalam manuskrip, Marx mengatakan bahwa kapitalisme manusia di alienasikan dari pekerjaan, barang yang dihasilkan, majikan, rekan sekerja dan diri mereka.[11] Maksudnya yaitu melalui kerja manusia mewujudkan bakat-bakat dirinya, mengenal dirinya. Lewat kerjanya juga manusia menyatakan kebebasannya sebagai tuan atas alam dengan mengubah alam sesuai keinginannya. Selain itu Marx juga berpendapat bahwa kerja juga menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, sebab hasil kerjanya adalah hasil objektifitas dirinya yang bisa diakui atau dimanfaatkan oleh orang lain. Semua ciri kerja ini sudah lenyap dalam masyarakat industri. Dalam “kerja upahan” (Lohnarbeit), pekerja manjual tenaganya. Hasil kerjanya lalu menjadi milik perusahaan sehingga dia teraliensi dari produknya sendiri. Selain itu, dalam kerja upahan, pekerja juga teraliensi dari aktivitas kerjanya sendiri, sebab jenis kerjanya ditentukan majikan. Lalu, karena dia mau tetap hidup, dia terpaksa memperalat dirinya untuk mendapat nafkah; artinya dia pun teraliensi dari dirinya sendiri dengan lenyapnya kebebasan. Akibatnya, terjadi persaingan di antara para pekerja dan permusuhan antara pekerja dan majikan, sehingga kerja upahan juga mengasingkan manusia dari sesamanya. Marx lalu menganggap alienasi akan diakhiri melalui penghapusan institusi hak milik itu, sehingga masyarakat tidak terbagi menjadi kelas-kelas yang saling bertentangan. Ini tidak dilakukan lewat refleksi seperti yang dikatakan Hegel, tetapi lewat praktis yaitu revolusi.[12] Karya selanjutnya The Manifesto of the Communist Party, atau Manifesto Partai Komunis dicetak pada bulan Februari, 1845 merupakan karya Karl Marx dan Engels. Dalam buku ini dikemukakan mengenai hakikat perjuangan kelas, yang dijelaskan: “sejarah dari semua masyarakat yang ada sampai saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan dan pelayan, kepala serikat kerja dan yang ditentukan, berada pada posisi yang selalu bertentangan satu sama lainnya, dan berlangsung tanpa terputus”[13] Kemudian menurut Marx Komunisme adalah sebuah kekuatan dan tiba saatnya kekuatan itu bersuara, hal ini yang menjadi bagian dari cita-cita Marx ketika menulis Manifesto. Cita-cita yang lain adalah mengubah dunia dengan membawa dunia pada fase historis yang terakhir, yaitu komunisme dan tujuan politiknya untuk lebih memfokuskan sebuah revolusi.[14] Ia menuliskan, “masa transformasi revolusioner akan mengubah masyarakat kapitalis menjadi masyarakat komunis. Revolusi ini juga menyangkut masa peralihan kekuasaan dari negara kepada diktator proletar…”[15] Manifesto juga berisi sebuah filsafat sejarah, yang kemudian dikenal sebagai materialisme historis. Teori sejarah Marx tidak mencoba untuk menjelaskan sedikit mengenai sejarah manusia, tetapi menerangkan evolusi sebagai bagian dari teori sejarah, yang bernama sejarah sosial dan ekonomi. Marx berpendapat bahwa setiap produksi yang dihasilkan tidak berdasar pada kesanggupan, tetapi berdasarkan adanya kelas penguasa dan kelas pekerja. Kelas pekerja memproduksi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, dan kelas penguasa berdiri di atas mereka, mengambil untuk dirinya sendiri kelebihan dari pekerja-pekerja mereka. Para pekerja, kemudian dieksploitasi oleh kelas penguasa untuk memenuhi kebutuhan mereka dan pada akhirnya juga kelebihan-kelebihan mereka. Ada beberapa model produksi menurut Karl Marx yaitu “model produksi kuno” dimana kelas penguasa memiliki budak pekerja sesuai dengan pembagiannya. Budak memproduksi apa yang mereka sendiri sungguh butuhkan, kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.[16]Selanjutnya adalah model produksi yang feodal. Di sini, para budak yang mengolah tanah lebih daripada budak yang memproduksi kebutuhan material di masyarakat. Buruh tanah menikmati sebagian kecil dari kebebasan yang lebih besar daripada apa yang dialami dalam perbudakan para penduhulnya. Para budak tanah memiliki beberapa hak kepemilikan tanah dan juga tingkat kekuatan untuk mengambil keputusan kapan dan bagaiman mereka menyebarkan pekerja mereka. Marx tetap mencatat bahwa tanah di mana para buruh tanah itu bekerja bukan milik mereka sungguh-sungguh; tanah dimiliki oleh tuan tanah dan akhirnya monarki.[17] Marx berargumen bahwa model feodal ini secara bertahap memberikan jalan untuk model kapitalis. Di sini, pekerja upahan, atau kaum proletar, menjadi pekerja utama dalam masyarakat. Kelas kapital, tidak seperti penguasa budak atau tuan feodal, berdiri di atas kelas pekerja, sebagai kelas yang menentukan aturan. Kelas kapital mengeksploitasi kaum proletariat dan mengambil keuntungan dari pekerja mereka, sekarang lewat sarana-sarana untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan memberikan kepada kapitalis uang untuk konsumsi mereka sendiri.[18] Karya lain Karl Marx yaitu Das Kapitalyang berisi ajaran mengenai “nilai lebih” dan “kehancuran otomatis sistem kapitalisme”. Kedua pokok ini tidak lagi merupakan analisis filosofis, melainkan sebuah analisis ekonomis ketat. Nilai lebih diperoleh karena pekerja bekerja melampau waktu yang wajar. Kelebihan waktu itu adalah kerja tanpa upah. Jadi, keuntungan diraih dari waktu kerja yang lebih itu. Di sini, Marx menemukan sifat eksploitatif dari kapitalisme, karena, menurutnya, proses akumulasi modal adalah proses perampasan dari kaum buruh sendiri, yaitu tansaga labihnya tak dibayar dan menjadi keuntungan kapitalis.[19] Keuntungan kapitalis selanjutnya diinvestasikan untuk alat produksi, seperti teknologi, peralatan, dan lain-lain. Jadi kelas kapitalis ini secara cepat memperbaharui alat produksi. Kapitalis akan semakin agresif menginvetasikan uangnya pada teknologi dan semakin sedikit menginvestasikan uangnya pada faktor pekerja atau buruh. Karena pada dasarnya keuntungan produksi diperoleh dari faktor pekerja. Ajaran kedua, tentang kehancuran kapitalisme,adalah sebuah analisis yang sangat deterministis. Menurut analisis Marx, proses eksploitasi kaum buruh melalui nilai lebih akan menghasilkan krisis-krisis yang niscaya. Krisis disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan besar menelan perusahaan-perusahaan kecil, sampai akhirnya jumlah kaum kapitalis semakin mengecil dan pemiskinan massa semakin meningkat. Cepat atau lambat, namun niscaya, pertumbuhan kapitalisme itu secara otomatis akan menumbuhkan kesadaran revolusioner dari pihak massa yang dipermiskin dan dieksplotasi, dan sistem kapitalis akan menemui jalan buntunya untuk mengatasi krisis itu. Pengangguran bertambah, inflasi membumbung, produksi tak terjual, dst., dan sistem kapitalis akan menghancurkan dirinya sendiri. Itulah saat munculnya masyarakat tanpa kelas. Dengan demikian, munculnya sosialisme dibayangkan oleh Marx.

Konsep Sosialisme Marx

Konsep sosialisme Marx berasal dari konsepnya tentang manusia. Menurut konsep tentang manusia ini, sosialisme bukan sebuah masyarakat yang tersusun atas individu-individu yang diatur dan otomatis yang mengabaikan apakah mereka memiliki pendapatan yang cukup atau tidak, dan yang mengabaikan apakah pangan dan sandang mereka tercukupi dengan baik atau tidak. Sosialisme bukanlah sebuah masyarakat di mana individu tersubordinasikan oleh negara, mesin dan birokrasi. Tujuan sosialisme adalah manusia. Sosialisme harus menciptakan sebuah bentuk produksi dan organisasi masyarakat di mana manusia dapat mengatasi alienasi dari produknya, dari kerjanya, dari sesamanya, dari dirinya sendiri dan dari alam; di mana dia dapat kembali menjadi dirinya sendiri dan menguasai dunia. Dalam konsep sosialisme Marx, individu berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaannya, pendeknya, merupakan pewujudan demokrasi politik dan industrial. Sosialisme, bagi Marx, adalah sebuah masyarakat yang memberi ruang bagi aktualsasi esensi manusia, dengan cara mengatasi alienasinya. Sosialisme tidak kurang dari menciptakan kondisi-kondisi untuk mencapai manusia yang benar-benar bebas, rasional, katif dan independen. Bagi Marx, tujuan sosialisme adalah kebebasan, tetapi kebebasan yang maknanya jauh lebih radikal daripada yang dipahami oleh demokrasi yang hidup pada saat itu, yakni dalam pengertian independen yang didasarkan pada kedirian manusia yang berpijak pada kakinya sendiri, yang menggunakan kekuasaannnsya sendiri dan menghubungkan dirinya dengan dunia secara produktif.

Politik Marx

Masyarakat dan Negara. Negara menurut Marx sebagai alat belaka dari kelas penguasa (berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasai (yang tidak berpunya). Negara dan pemerintahan identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya dalam sejarah berturut dikenal kelas pemilik budak, kelas bangsawan (tuan tanah), kelas borjuis. Ini berkaitan dengan dialektika bahwa perkembangan masyarakat feodalisme kemasyarakatan borjuis atau kapitalisme dan se-lanjutnya menuju masyarakat sosialisme yang perubahan itu merupakan kelanjutan yang tidak dapat dielakkan. Untuk menuju masyarakat komunis, tidak dengan berdiam diri, melainkan harus berjuang bukan menanti dialektika sejarah itu.

 Agama adalah Candu

Bagi Marx religion is the opium of people, adalah ungkapannya yang terkenal bagaimanaumumnya orang memiliki penilaian terhadap sikap kalangan komunis terhadap keberadaan agama ditengah masyarakat dan Negara. Marx memandang agama tidak menjadikan manusia menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi sesuatu yang berada diluar dirinya yang menyebabkan manusia dengan agama menjadi makhluk yang terasing dari dirinya sendiri. Agama adalah sumber keterasingan manusia. Agama harus dilenyapkan karena agama sebagai alat kaum borjuis kapitalis untuk mengeksploitasi kelas pekerja. Agama dijadikan sebagai alat kekuasaan untuk mempertahankan kekuasaannya, selain dijadikan alat agar rakyat tidak melakukan perlawanan, pemberontakan, dibiarkan terlena dan patuh atas penguasa, dan semua ini sebagai fungsi eksploitasi agama. Agama adalah produk dari perbedaan kelas, selama perbedaan kelas ada maka agama tetap ada. Marx percaya bahwa agama adalah perangkap yang diapasang kelas penguasa untuk mejerat kelas pekerja, bila perbedaan kelas itu hilang, agama dengan sendirinya akan lenyap.[24] Marx  secara terang-terangan bermusuhan dengan lembaga-lembaga keagamaan. Marx beranggapan bahwa sifat khayalan dari agama di ukur dengan latar belakang historis dari keterasingan. Manusia primitif terasing dari alam dan pengasingannya diungkapkan dengan bentuk ‘agama alamiah’. Dengan meluasnya pembagian kerja yang menghasilkan peningkatan penguasaan alam, kepercayaan keagamaan diuraikan menjadi sistem gagasan yang ‘dirasionalisasikan’ lebih jelas (dalam makna weber) yang mengungkapkan keterasingan-diri dari manusia. Kapitalisme menunjukkan kemampuan manusia menguasai alam; alam semakin dimanusiawikan oleh adanya upaya manusia dalam bidang teknik dan sains – akan tetapi hal ini dicapai dengan sangat meningkatnya keterasingan-diri, yang menjadi pokok kemajuan pembagian kerja yang dirangsang oleh produksi kapitalis. Sifat khayalan dari agama, disini didapatkan dalam fakta bahwa agama itu berfungsi sebagai pengabsahan dari orde sosial yang ada (yang terasingkan) dengan cara peralihan kemampuan-kemampuan manusia yang potensial, akan tetapi tidak direalisasikan kedalam kapitalisme, kesatuan  alam semseta mistik. [25] Menurut Marx, agama itu senantiasa merupakan bentuk dari keterasingan, oleh sebab itu kepercayaan keagamaan melibatkan perkaitan dengan hal-hal yang sungguh-sungguh mistis serta serta mempunyai kemampuan-kemampuan yang dalam kenyataannya dimiliki oleh manusia. Aspek transedensi agama adalah mungkin, oleh karena kepastian dikotomi dan oposisi antara pribadi dan masyarakat juga mungkin. Marx juga berpandangan bahwa suatu bentuk masyarakat bisa bereksistensi, di dalam mana tidak terdapat dikotomi antar pribadi orang dengan masyarakat – dalam kasus solidaritas mekanis.

Perkembangan Marxisme


Marxisme merupakan sebuah paham yang mulai berkembang pada pertengahan abad ke-19. Paham ini adalah kelanjutan dari perkembangan paham sosialisme yang telah berkembang sebelumnya. Seorang pemikir sosialis yang berpengaruh saat itu adalah Karl Marx, ia mengembangkan sebuah gagasan baru sosialisme yang kemudian tumbuh menjadi doktrin sosialisme paling berpengaruh. Doktrin sosialisme Karl Marx kemudian dipopulerkan dengan istilah “Marxisme”.[27] Istilah marxisme sendiri adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx dan terutama dilakukan oleh temannya Friedrich Engels.[28] Dalam menjelaskan doktrin Marxisme tersebut, Engels mengajukan thesis bahwa alam menghasilkan sejarah panjang pengalaman dan masyarakat ditentukan oleh hubungan-hubungan ekonomi, produksi, dan pertukaran. Untuk mensistematisasikan gagasan Engels mengenai Marxisme setidaknya dapat ditilik ke dalam tiga pokok pikiran, yaitu pokok pikiran dalam filsafat, sejarah, dan politik.[29] Bersamaan dengan upaya Engels untuk membakukan ajaran Marx, lahir pula kelompok sosialis moderat yang menentang ide-ide Marxisme, yaitu Fabian Society di Inggris (1883-1884). Kelompok ini lebih tertarik dengan cara perjuangan lewat parlemen dan menarik kelompok kelas menengah dalam mencapai tujuan sosialisme. Menurut kaum Fabian, sosialisme perlu diperkaya oleh ilmu-ilmu sosial baru, khususnya ekonomi dan sosiologi dengan mengembangkannya dalam diskursus ilmiah, riset, dan seminar. Beberapa tahun setelah kematian Marx pada 1883, lahirlah International II sebagai langkah lanjut dari International I.[30] International II menuntut solidaritas seluruh pekerja secara internasional. Upaya ini gagal karena seiring dengan merebaknya ideologi Nasionalisme pada Perang Dunia I (1914) dan pertikaian-pertikaian emosional oleh kalangan sosialis sendiri. Hal tersebut ditandai dengan perdebata di kalangan Marxis seperti Karl Kautsky, Bernstein, Rosa Luxemburg, dan Vladimir Lenin. Perdebatan tersebut berkisar mengenai strategi bagaimana cara mewujudkan cita-cita Karl Marx untuk menciptakan sebuah masyarakat sosialis komunis. Karl Kautsky sebagai Marxis radikal lebih mendukung perjuangan kelas dengan cara revolusi, namun ia menyadari bahwa peluang tersebut semakin kecil. Kautsky kemudian lebih tertarik kepada analisisnya Engels dan cenderung menggabungakan teori sejarah Marx dengan teori evolusinya Darwin. Dengan demikian berarti sintesis antara determinisme ekonomi dan aktivitas politik revolusioner sebagai ciri khas sejarah Marv berubah menjadi perkembangan kontinu. Interpretasi ini kemudian berpengaruh pada pemikiran baru untuk mengkritisi gagasan orisinil Karl Marx, bahwa dalam perkembangannya ternyata ide-ide Karl Marx sudah tidak relevan dengan kecenderungan yang terjadi dalam masyarakat. Seiring dengan dinamika baru, sistem Kapitalisme dinilai oleh sebagian kalangan Marxis mampu membenahi diri dan menyesuaikan dengan keadaan-keadaan baru. Dengan pertimbangan demikian maka mulailah muncul inisiatif untuk mengadakan penyesuaian bagi Marxisme terhadap kondisi baru agar sesuai dengan kenyataan yang berkembang. Salah satu tokoh Marxis yang mengusulkan ide ini adalah Eduard Bernstein. Bernstein kemudian menemukan titik lemah basis teori Marx yang meniscayakan cita-cita manusia semata-mata merupakan ungkapan materi atau ekonomi. Bernstein berpendapat bahwa ada satu hal lagi yang dinilai penting yaitu etika. Keberadaan etika ini menurutnya mencirikan sebentuk sosialisme yang bukan sekedar keniscayaan sejarah yang buta melalui perkembangan ekonomi, melainkan hasil dari ciri-ciri moral manusia yang tinggi. Hal tersebut dinilai golongan Marxis Ortodoks sudah keluar dari garis dasar cita-cita Karl Marx. Pertentangan tersebut dapat tercairkan setelah muncul interpretasi baru tentang Marxisme yang dibawakan oleh Lenin. Menurut Lenin cara-cara yang dilakukan oleh para tokoh Marxis sebelumnya tidak efektif, kemudian ia memilih perjuanan revolusioner melalui sebuah partai yang revolusioner juga. Hal ini berbeda dengan ajaran Karl Marx yang mengandalkan revolusi oleh massa proletar secara spontan. Menurut Lenin revolusi harus diciptakan melalui para ahli intelijen dan kaum intelektual untuk memasukkan kesadaran revolusioner kepada kaum proletar. Wacana baru yang dibawa oleh Lenin tersebut melahirkan aliran baru yang disebut Marxisme-Leninisme. Berdirinya Uni Soviet oleh kaum buruh Bolshevik menyebabkan terpecahnya gerakan buruh internasional. Setelah kepemimpinan Lenin berakhir, Soviet dipimpin oleh Stalin. Stalin membekukan pemikiran-pemikiran Marx dan Lenin menjadi ideologi resmi Soviet ke dalam Stalinisme. Dalam kondisi tersebut dilakukan stalinisasi di berbagai bidang kehidupan, bahkan sampai bidang akademik. Dalam situasi yang tidak menguntungkan ini menyebabkan diskursus terbuka tentang Marxisme jelas tidak mendapat tempat. Meskipun demikian, upaya penyegaran terhadap Marxisme masih dapat dilakukan di wilayah pinggiran. Para Marxis masih berusaha menghidupkan kembali dan mengkritisi karya-karya. Penggalian ide-ide Marx dalam wacana kritis melahirkan aliran baru Marxisme yaitu neo Marxismeatau Marxisme Kritis. Karena gerakan ini cukup progresif, Moscow mencium keberadaannya. Sebagai akibatnya gerakan ini dilumpuhkan oleh kubu Marxisme ortodoks sehingga Marxisme kritis mengalami stagnasi dan pemudaran. Dengan peristiwa tersebut aliran kritis gelombang kedua justru muncul ke permukaan. Aliran baru ini berasal dari Frankfurt sehingga populer dengan sebutan Mazhab Frankfurt. Pemikiran kritis Mazhan Frankfurt biasa disebut sebagai teori kritis. Para penganut teori kritis terus melanarkan kritik kepada Stalinisme Soviet dan Fasisme Nazi yang dinilai sebagai rezim totaliter, mengabsahkan penindasan atas masyarakat dengan selubung ideologi sosialisme. Gagasan mazhab ini antara tahun 60-an hingga 70-an memperngaruhi gerakan-gerakan mahasiswa yang tekenal dengan nama The New Left Movement, atau gerakan kiri baru. Dalam perkembangannya gerakan ini berselisih paham mengenai strategi untuk mencapai tujuannya. Gerakan kiri baru ini juga akhirnya terpecah menjadi gerakan yang tidak relevan dengan tujuan semula.

MANUSIA ADALAH KEBEBASAN
(Konsep Filsafat Eksistensialis Jean Paul Sartre dalam kaitanya dengan
Praktik Politik dan Hukum Indonesia)

A.     Kebebesan menurut Sartre
Gagasan pokok filsafat Eksistensialis Sartre adalah eksistensi mendahului esensi; saya ada maka juga saya berpikir. Melalui gagasan eksistensi mendahului esensi, mau mengungkapkan bahwa subjektivitas merupakan sesuatu yang orisinal yang bukan sebagai ada-begitu-saja. Artinya bahwa, Sartre mau menempatkan subjektivitas pada posisi yang utama, sebagai dasar dan orisinal.
Refleksi filosofis Sartre tentang kebebasan sebagai kesadaran yang “menidak”. Manusia sendiri adalah kebebasan. Bagi Sartre pada manusialah eksistensi mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Manusia adalah makhluk, di mana eksistensi mendahului esensi, sedangkan pada taraf bawah manusiawi, esensi mendahului eksistensi. Oleh karena itu esensi manusia tidak dapat ditentukan. Hanya ketiadaan yang dapat memisahkan manusia dengan esensinya. Dengan kata lain bahwa selama manusia masih hidup, ia akan selalu bebas untuk mengatakan tidak.
 Bebicara soal kebebasan, Sartre bertitik tolak pada manusia itu sendiri. Menurut Sartre, kebebasan manusia itu bersifat absolut; kebebasan manusia itu tidak memiliki batas-batas atau kebebasan mansia itu tidak ada yang memberikan batas-batas, sehingga dengan kebebasannya, manusia memiliki pilihan untuk menentukan sesuatu, manusia memiliki keputusan untuk menentukan pilihan dan hidupnya yang akan datang. Kesadaran yang “menidak” membuat manusia terus menerus bergerak, beraktivitas. Dengan kata lain, manusia dari dirinya sendiri berusaha mencari dan mencapai sesuatu yang “belum ada” atau pada saat itu”tidak ada”.
Kebebasan manusia sangat  tampak dalam kecemasan. Menurutnya kecemasan(anxiety) berbeda dengan ketakutan (fear). Kecemasan tidak memiliki objek sedangkan ketakutan memiliki salah satu objek, benda-benda dalam dunia. Kecemasan menyangkut diri saya sendiri sebab eksistensi saya bergantung pada diri saya sendiri. Kecemasan adalah kesadaran bahwa masa depan saya bergantung pada saya sendiri juga kecemasan tentang keputusan pada masa lalu. Kerapkali kecemasan jarang muncul sebab manusia terlalu sibuk bahkan dengan sengaja menyembunyikan diri dari kecemasan dan melarikan diri dari kebebasan. Melarikan diri dari kebebasan dan mengubur kecemasan mengandaikan kesadaran bahwa dia bebas. Kesadaran itu merdeka total, tidak ditentukan dan karenanya bersifat spontan. Maka sungguh jelas bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas sebab makhluk yang sendiri merupakan prinsip  keberadaannya dan yang membangun hidupnya secara otonom.[6] Oleh karena itu kita dapat mengerti bahwa manusia pada dasarnya adalah yang makhluk yang bebas, otonom dan tidak hidup dalam kategori-kategori yang membatasi ruang geraknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang.

B.     Tanggapan Kritis atas Pemikiran Sartre tentang Kebebasan
Memang harus diakui kegeniusan seorang Sartre. Dia tidak melahirkan suatu metode filsafat yang baru, tetapi bertitik tolak pada fenomenologi dan dari fenomenologi ini sartre dapat menjelaskan apa itu ada. Konsep pemikiran Sartre yang menekankan keabsolutan kebebasan manusia; bahwa kebebasan manusia itu tidak memiliki batas, oleh karena itu dengan kebebasannya manusia dapat mengatur dirinya sendiri, menentukan pilihan dan bahkan menentukan kehidupan yang akan datang, membawa Sartre jatuh dalam konsep ateisme. Jatuh dalam konsep ateisme hendak mengatakan bahwa Sartre tidak mengakui adanya Allah. Dengan kata lain bahwa jika Allah itu ada, tidak mungkin saya bebas. Allah itu adalah mahatahu akan apa yang yang saya lakukan (sebelum dan sesudahnya), sehingga Allah itulah yang memberikan hukum dan penilaian terhadap saya. oleh karena itu konsep mengenai kebebasan adalah tidak ada (karena bertolak pada Allah, dan bukan pada diri saya sendiri sebagai penentu masa depan dengan segala kebebasan dan pilihan serta keputusan).
Ada dua sisi yang dapat kita lihat dari pemikiran Sartre ini tentang kebebasan. Dari segi positif bahwa Sartre sesungguhnya mencetuskan dan mengangkat serta menegaskan kembali kodrat manusia yang dibawa sejak lahir. Sartre, dari segi positifnya menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki kapasitas yang luar biasa; makhluk yang memiliki kesadaran dengan segala kebebasan dapat menentukan pilihan hidupnya. Sartre sesungguhnya secara tidak langsung merangsang kita untuk berpikir kritis keberadaan hidup kita sebagai manusia. Dia sebenarnya mengajak kita untuk mengutamakan nilai hidup manusia. Di sisi lain, konsep Sartre mengenai kebebasan memiliki aspek negatif. Artinya bahwa secara ekstrem menekankan kebebassan manusia itu adalah absolut dan tidak ada batasannya, maka akan membawa manusia itu sendiri kepada sikap mengagungkan dirinya sebagai segala-galanya, sebab, kita tau bahwa manusia itu menjadi pusat dan titik tolak bagi Sartre untuk menihilkan yang lainnya, termasuk Allah.


       Dasar-Dasar Pemikiran Auguste Comte

    Buku Cours de Philosphie Possitive adalah karya Auguste Comte yang paling pokok dan sistematis. Buku ini dikatakan sebagai representasi bentangan aktualisasi yang di dalamnya berisi tentang tiga tahapan perkembangan manusia yakni :

   1.   Tahap Teologis
    Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan  kehendak seperti manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada    tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk lain. Tahap Teologis ini dibagi lagi menjadi tiga tahap:

a. Tahap yang paling bersahaja atau primitif, dimana orang menganggap bahwa segala benda berjiwa (animisme).
b.Tahap ketika orang menurunkan kelompok hal-hal tertentu, dimana seluruhnya diturunkan dari suatu kekuatan adikodrati yang melatarbelakanginya sedemikian rupa hingga tiap tahapan gejala-gejala memiliki dewa sendiri-sendiri (polytheisme).
c. Tahapan tertinggi dimana pada tahap ini orang mengganti dewa yang bermacam-macam itu dengan satu tokoh tertinggi (Esa), yaitu dalam monotheisme. Singkatnya, pada tahap ini manusia mengarahkan pandangannya kepada hakekat yang batiniah (sebab pertama). Manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak, artinya di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.

   2.   Tahap Metafisik
  Tahap transisi dari pemikiran Comte, Tahapan ini merupakan varian dari cara berpikir Teologis, karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan metafisis dari monoteisme itu misalnya  terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan dalam konsep alam.

   3.   Tahap Positif
      Tahap positif dimana orang menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan  yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan, yaitu dengan pengamatan dan dengan memakai akalnya. Tujuan tertinggi dari tahap positif adalah menyusun dan mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum.
    Bagi Comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi di bidang ilmu pengetahuan. Comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan akhirnya dipengaruhi hukum positif. Jelasnya, ketiga tahapan perkembangan umat manusia itu tidak saja berlaku bagi suatu bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga individu dan ilmu pengetahuan. Lebih jauh Comte berpendapat bahwa pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat positif apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan kongrit.
  Terdapat kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan jalan mengukur isinya yang positif, serta sampai sejauh mana ilmu pengetahuan tersebut dapat mengungkapkan kebenaran yang positif.Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan. Demikian pandangan Auguste Comte tentang hukum tiga tahapnya, yang pada intinya menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah.
    Dalam hal ini Auguste Comte memberikan analog: manusia muda atau suku-suku primitif pada tahap teologis dibutuhkan figur dewa-dewa untuk menerangkan kenyataan.  Meningkat remaja dan mulai dewasa dipakai prinsip-prinsip abstrak dan metafisis.  Pada tahap dewasa dan matang digunakan metode-metode positif dan ilmiah.


Manusia dan Kehendak Berkuasa menurut Friedrich Nietzsche

Friedrich Nietzsche adalah seorang filsuf Jerman di akhir abad ke-19, dan dikenal sebagai seorang pemikir yang melakukan serangan terhadap Kristianitas dan moralitas tradisional di Eropa pada jamannya. Fokus filsafatnya adalah pengembangan diri manusia semaksimal mungkin, dan analisis kebudayaan di jamannya. Ia menekankan sikap menerima dan merayakan kehidupan, kreativitas, kekuasaan, segala kontradiksi, serta absurditas hidup manusia. Ia menolak untuk mengakui adanya dunia lain di luar dunia ini.
Beragam bidang kehidupan mulai dari arsistektur, metodologi penelitian ilmiah, filsafat, seni, sampai dengan fashion mengambil inspirasi dari ide-idenya yang kreatif dan mencerahkan. Percikan-percikan pemikirannya selalu terasa segar, baru, dan inspiratif. Di dalam bidang psikologi, Nietzsche berpetualang mengangkat aspek-aspek hewani dan ketidaksadaran manusia, yang kemudian memberikan inspirasi bagi Freud untuk mengembangkan psikoanalisisnya. Tak jarang pula pemikiran-pemikiran Nietzsche digunakan untuk membenarkan hal-hal kejam, seperti perang, penaklukan, diskriminasi, seperti yang dilakukan oleh NAZI Jerman dan partai fasis Italia.
Walaupun hidup sakit-sakitan, Nietzsche tetap mampu menulis dengan amat baik dan kreatif selama bertahun-tahun di masa hidupnya. Rasa sakit tubuh pun terus datang dan pergi. Ini semua menggambarkan kekuatan mental yang ia miliki di dalam berpikir dan mencipta. Bahkan menurut saya rasa sakit dan penderitaan itulah yang menjadi sumber inspirasi dari tulisan-tulisan filsafatnya. Dari rasa sakit dan ketabahannya, ia menuliskan gagasan-gagasan pencerahan yang mempengaruhi peradaban manusia, sampai sekarang ini.
Konsep kehendak untuk berkuasa adalah salah satu konsep yang paling banyak menarik perhatian dari pemikiran Nietzsche. Dengan konsep ini ia bisa dikategorikan sebagai seorang pemikir naturalistik (naturalistic thinker), yakni yang melihat manusia tidak lebih dari sekedar insting-insting alamiahnya (natural instincts) yang mirip dengan hewan, maupun mahluk hidup lainnya. Nietzsche dengan jelas menyatakan penolakannya pada berbagai konsep filsafat tradisional, seperti kehendak bebas (free will), substansi (substance), kesatuan, jiwa, dan sebagainya. Ia mengajak kita memandang diri kita sendiri sebagai manusia dengan cara-cara baru.
Sebagaimana dicatat oleh Porter, ada tiga konsep dasar yang mewarnai seluruh pemikiran Nietzsche, yakni penerimaan total pada kontradiksi hidup (1), proses transendensi insting-insting alamiah manusia (2), dan cara memandang realitas yang menyeluruh (wholism) (3). Pemikiran tentang kehendak untuk berkuasa terselip serta tersebar di dalam tulisan-tulisannya sebagai fragmen-fragmen yang terpecah, dan seolah tak punya hubungan yang cukup jelas. Dari semua fragmen tersebut, menurut Porter, setidaknya ada tiga pengertian dasar tentang kehendak untuk berkuasa, yakni kehendak untuk berkuasa sebagai abstraksi dari realitas (1), sebagai aspek terdalam sekaligus tertinggi dari realitas (the nature of reality) (2), dan sebagai realitas itu sendiri apa adanya (reality as such) (3).
Ketiga makna itu bisa disingkat dalam rumusan berikut, sebagai hakekat terdalam dari alam semesta beserta dengan geraknya yang dilihat dari sisinya yang paling gelap. Dalam bahasa Nietzsche kehendak untuk berkuasa adalah “klaim kekuasaan yang paling tiranik, tak punya pertimbangan, dan tak dapat dihancurkan.” Bisa dikatakan ketika berbicara tentang kehendak untuk berkuasa, Nietzsche berubah menjadi seorang filsuf monistik, yang melihat realitas tersusun dari satu unsur terdalam (fundamental aspect) yang menentukan segalanya. Unsur terdalam itulah yang disebutnya sebagai kehendak untuk berkuasa.
“Jika tubuh ini hidup dan tidak mati, tubuh ini tetap harus memperlakukan tubuh-tubuh lain sama seperti ia memperlakukan tubuhnya sendiri. Tubuh itu sendiri tetap merupakan pembadanan dari kehendak untuk berkuasa, tubuh itu akan ingin tumbuh, menyebar, memegang, memenangkan dominasi – bukan karena soal moralitas atau imoralitas, melainkan karena tubuh itu hidup, dan karena hidup itu sendiri adalah kehendak untuk berkuasa.”
Kehendak untuk berkuasa adalah dorongan yang mempengaruhi sekaligus membentuk apapun yang ada, sekaligus merupakan hasil dari semua proses-proses realitas itu sendiri. Semua ini terjadi tanpa ada satu sosok yang disebut sebagai pencipta, atau subyek agung. Semua ini adalah gerak realitas itu sendiri yang berjalan mekanis, tanpa pencipta dan tanpa arah.
Bagi Nietzsche dunia adalah sesuatu yang hampa. Dunia tak memiliki pencipta, namun bisa hadir dan berkembang dengan kekuatannya sendiri. Di dalam dunia semacam ini, tidak ada pengetahuan obyektif. Yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan adalah subyektivitas (subjectivity) dan kemampuan untuk menafsir (interpretation). Dua hal ini menurut Nietzsche lahir dari kehendak untuk berkuasa itu sendiri.
Dengan subyektivitas dan kemampuan untuk menafsir, manusia bisa melihat hubungan sebab akibat (causality) di dalam dunia. Dengan dua kemampuan ini, manusia bisa menempatkan diri, sekaligus menempatkan benda-benda yang ada di dalam dunia pada tempat yang semestinya. Kehendak untuk berkuasa mendorong manusia untuk menjadi subyek yang aktif di dalam menjalani hidup, sekaligus menjadi penafsir dunia yang memberi makna (meaning) atasnya. Dengan kehendak untuk berkuasa, manusia bisa menciptakan dan menata dunia. Dalam arti ini dunia adalah tempat yang bukan-manusia (inhuman). Dunia menjadi bermakna karena manusia, dengan subyektivitas serta kemampuannya menafsir, memberinya makna, dan menjadikannya “manusiawi” (human).
Nietzsche terkenal sebagai filsuf yang melihat dunia secara positif. Ia menyarankan supaya kita memeluk dunia, dengan segala aspeknya, dan merayakan kehidupan. Dunia dan kehidupan adalah suatu permainan yang tidak memiliki kebenaran, tidak memiliki awal, serta selalu terbuka untuk dimaknai dan ditafsirkan. Dunia bukanlah melulu milik manusia untuk dikuasai dan digunakan, melainkan memiliki nilai pada dirinya sendiri. Dengan kata lain dunia memiliki nilai kosmik, dan tak semata antropomorfik. Manusia harus belajar melihat alam tidak melulu dari kaca matanya sendiri, tetapi juga dari kaca mata alam itu sendiri. Dari kaca mata alam, kehidupan ini sendiri adalah kehendak untuk berkuasa. Maka kehendak berkuasa adalah “afirmasi yang penuh suka cita pada hidup itu sendiri.” Hidup memang tak bertujuan dan tak memiliki nilai. Namun manusia diminta untuk menerima dan merayakannya sepenuh hati.

 RIWAYAT HIDUP ARTHUR SCHOPENHAUER (1788-1860)
 

Arthur Schopenhauer lahir pada tanggal 22 Februari 1788 di Danzig(Gdańsk), Polandia. Anak pertama dari pasangan Heinrich Floris Schopenhauer, seorang pengusaha sukses, dan Johanna Troisiener Schopenhauer, yang adalah seorang penulis. Pada tahun 1793, ketika Schopenhauer masih berumur 5 tahun, dia dan keluarganya pindah ke Hamburg karena Danzig dikuasai oleh Kerajaan Prussia.
Pada tahun 1805, ayah Schopenhauer meninggal dunia yang diduga akibat bunuh diri. Setelah kematian Floris, ibu Schopenhauer memutuskan untuk pindah ke Weimar melanjutkan karirnya dengan menulis essai, kisah perjalanan dan novel.
Schopenhauer memulai studinya di University of Gottingen pada tahun 1809.  Dia mengambil bidang kedokteran, kemudian bidang filsafat. Dia belajar dibawah bimbingan Gottlob Ernest Schulze, seorang skeptical philosopher yang menulis buku Aenesdemus. Schopenhauer mengenal pemikiran Plato dan Imannuel Kant melalui Schulze. Setelah melewati masa studinya di Gottingen, Schopenhauer kemudian mendaftarkan diri di University of Berlin. Disana dia di ajarkan oleh seorang filsuf terkemuka Johann Gottlieb Fiechte dan Friedrich Schleimacher seorang teolog. Pada umur 25 tahun (1813), Schopenhauer berhasil menyelesaikan disertasinya yang berjudul “The Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason”. Ia menyampaikan disertasinya di University of Jena dan kemudian Schopenhauer dianugerahi gelar doktor filsafat in absentia.
Schopenhauer pernah jatuh cinta kepada seorang gadis berusia 19 tahun bernama Caroline Richter seorang penyanyi opera. Ketika berada di Berlin (1813), Schopenhauer juga pernah menjadi tersangka atas tuduhan mendorong dan memukul seorang wanita bernama Caroline Marquet setelah wanita itu menolak untuk pergi dari pintu Schopenhauer. Akibatnya Schopenhauer dituntut membayar wanita itu selama 20 tahun ke depan. Ketika Caroline Marquet meninggal dunia, Schopenhauer menulis sertifikat kematiannya dengan Obit Anus, Abit Onus (The Old Woman Dies, the Burden Flies). Hal inilah yang mungkin membuat Schopenhauer sangat membenci wanita dan akhirnya menjadi bujang kaya berkat warisan. Schopenhauer menganggap, hidup dengan banyak orang memuakkan dan membuang waktu baginya. Ia menghina dan mengejek kaum wanita dengan sebutan “para karikatur”.
Pada tahun 1814, Schopenhauer menulis buku Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation). Dia menyelesaikan buku ini pada tahun 1818 dan menerbitkannya setahun kemudian, namun tidak laku. Akhirnya dia sendiri yang membeli buku karyanya untuk disimpan. Pada tahun 1820, Schopenhauer menjadi dosen di University of Berlin. Dia sangat antipati kepada Hegel, sehingga ia bersikeras untuk menjadwalkan waktu perkuliahan bersamaan dengan Hegel. Namun mahasiswa lebih suka dengan pengajarannya Hegel dibandingkan Schopenhauer, sehingga hanya sedikit orang yang mengikuti kuliahnya. Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti mengajar di universitas, dan lebih memilih untuk menulis buku. Dalam buku-bukunya, Schopenhauer sering menyinggung tentang “penipu” yang secara eksplisit ia sandarkan kepada Hegel.
Schopenhauer hidup dengan penuh rasa takut karena merasa terancam. Dia sering tidur dengan pistol di sampingnya. Schopenhauer menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan menetap di Frankfurt bersama binatang kesayangannya Atman dan Butz. Pada tahun 1860 ketika dia berusia 72 tahun, keadaan fisik Schopenhauer mulai memburuk. Dan pada akhirnya dia meninggal ketika sedang duduk di bangku sekitar rumahnya karena gagal jantung.

AJARAN FILSAFAT SCHOPENHAUER
Schopenhauer  memulai jejak filsafatnya dengan pengalaman pahit atas kondisi masyarakat yang lebih menghargai filsafat Hegel. Dengan rasa “sakit hati” inilah yang membuat Schopenhauer membuktikan bahwa ia sejajar dengan Hegel bahkan melebihi Hegel dalam beberapa sisi.
Ajaran filsafat Schopenhauer termasuk ke dalam idealisme Jerman yang mengajarkan bahwa realitas bersifat subyektif, artinya keseluruhan kenyataan merupakan konstruksi kesadaran subjek. Kebaikan dan keburukan adalah istilah-istilah subjektif yang berasal dari prasangka-prasangka manusia.
Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang melanjutkan tradisi filsafat setelah Imannuel Kant. Yang khas dari filsafat Schopenhauer adalah kejelasan dan kekonkretannya. Bagi Schopenhauer, dasar dunia ini transedental dan bersifat irrasional(non intelek) yaitu kehendak yang buta.
Seperti Kant, Schopenhauer menganjurkan kita untuk memulai berfilsafat secara langsung, yakni dari diri kita sendiri, dan bukan dari objek luar(materi). Kalau kita mampu menemukan hakikat jiwa kita sendiri, kita mungkin akan mempunyai kunci untuk membuka pintu dunia luar.

Dunia Sebagai Kehendak
      - Kehendak untuk Hidup
Schopenhauer mengkritik anggapan bahwa manusia disebut hewan yang berakal (animale rationale). Kesadaran dan intelek pada dasarnya hanya merupakan permukaan jiwa kita, tetapi kita tidak mengetahui hakikat jiwa yang sesungguhnya.
Di bawah intelek sesungguhnya terdapat kehendak yang tidak sadar, suatu daya atau kekuatan hidup yang abadi, suatu kehendak dari keinginan yang kuat. Kita tidak menginginkan sebuah benda karena kita mempunyai alasan rasional untuk benda itu, melainkan kita mempunyai alasan yang bisa dibuat rasional karena kita mengingkan benda itu. Singkatnya, intelek adalah alat keinginan.
“Manusia kelihatannya saja ditarik dari depan. Yang sebenarnya, mereka didorong dari belakang”. Mereka mengira dibimbing oleh apa yang mereka lihat; kenyataannya, mereka didorong oleh apa yang mereka rasakan yakni naluri-naluri yang berada tanpa mereka sadari.
Musuh abadi dari kehendak untuk hidup adalah kematian.

     - Kehendak untuk Reproduksi
Kehendak tidak memerlukan pengetahuan; organ-organ reproduktif sesungguhnya merupakan titik pusa dari kehendak, dan membentuk kutub yang berlawanan dengan otak, yang diwakili oleh pengetahuan.
Jatuh cinta bukanlah masalah hubungan cinta timbal balik antara dua manusia. Masalah pokoknya adalah adanya keinginan untuk memiliki apa yang tidak mereka punyai.
Karena cinta adalah penipuan diri yang dipraktekkan oleh alam, maka perkawinan tidak lain adalah erosi cinta, dan oleh sebab itu pasti mengecewakan. Hanya filsuf yang berbahagia dalam perkawinan, tapi filsuf sejati tidak akan pernah kawin.

      - Kehendak sebagai Kejahatan
Kehendak mengisyaratkan keinginan, dan apa yang diinginkan selalu lebih besar dan lebih banyak daripada apa yang diperoleh.
Hidup adalah kejahatan karena setelah keinginan dan penderitaan hilang dari manusia, maka kebosanan menggantikan tempat tersebut-jadi lebih menderita lagi. Bertambahnya pengetahuan bukan berarti bebas dari penderitaan, melainkan justru memperbesar penderitaan.
Hidup adalah penderitaan, karena hidup adalah peperangan.

Kebijaksanaan Hidup
   - Filsafat
Si vis tibi omnia subjicere,subjicete ratione – kalau kamu hendak membuat apa saja tunduk kepadamu, maka tunduklah kamu pada rasiomu.
Filsafat berfungsi sebagai alat untuk memurnikan kehendak. Filsafat harus dimengerti sebagai pengalaman dan pemikiran, bukan sebagai pembacaan atau studi pasif.
Filsafat sejak lama telah menjalani proses pencariannya secara sia-sia karena ia memang lebih cenderung mencari dengan cara sains daripada dengan cara seni.
   - Jenius
Jenius adalah bentuk tertinggi dari pengetahuan yang tidak banyak unsur kehendaknya (will-less knowledge).
Manusia jenius mempunyai kompensasi: Kepuasan yang diperoleh dari semua keindahan, hiburan yang didapatkan dari seni, dan antusiasme dari seniman, semua itu membuat ia lupa pada susahnya kehidupan.
  - Seni
Seni meredakan sakitnya kehidupan, karena menghadirkan kepada kita sesuatu yang abadi dan universal, dibalik sesuatu yang sementara dan individual.
Kekuatan seni untuk mengangkat kita pada keabadian, terutama dimiliki oleh musil. Musik adalah tiruan dari kehendak itu sendiri (the copy of the will it self).
Kebaikan tertinggi adalah keindahan, dan bahwa kenikmatan yang paling mendalam terletak pada penciptaan karya seni dan kesenangan pada yang indah.
    - Agama
Schopenhauer mengatakan “selidikilah esensi agama, maka akan terkuak makna filsafatnya”.
Kebijaksanaan sejati adalah Nirwana: mengurangi sesedikit mungkin keinginan dan kehendak kita. Semakin berkurang kehendak menggoda kita, semakin berkurang penderitaan menimpa kita.
     - Keputusan dan Hukuman
Menurut Schopenhauer, ketika kita mengambil keputusan, kita akan diperhadapkan dengan berbagai macam akibat.
Segala tindakan yang dilakukan seseorang merupakan kebutuhan dan tanggunjawabnya. Segala kebutuhan dan tanggungjawab itu sudah dibawa sejak lahir dan bersifat kekal.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: Rosdakarya
Muhamad Nurdin Fathurrohman. http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2015/01/arthur-schopenhauer-filsuf-jerman-pasca-kant.html